Hari Raya Trisuci Waisak


Saat ini, seluruh umat Buddha sedang merayakan hari raya Trisuci Waisak atau yang kerap disebut hari raya Waisak oleh sebagian dari kita. Peristiwa penting ini terjadi di berbagai belahan dunia dengan nama yang berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, perayaan ini terpusat pada Candi Borobudur. Namun, apa sebenarnya hari raya Waisak itu?

Hari raya Trisuci Waisak adalah hari di mana jutaan umat Buddha di seluruh dunia yang mencakup seperlima warga dunia merayakan hari kelahiran sang Buddha, pencerahan yang Ia terima, dan kematian Beliau. Karena hari tersebut memperingati tiga peristiwa penting, maka hari itu disebut Trisuci Waisak. Ketiga peristiwa ini terjadi tepat di saat bulan purnama.

Bagi umat Buddha, perayaan ini memiliki hikmah yang dalam, yaitu: Pengembangan cinta-kasih kepada setiap makhluk hidup, merenungi segala perbuatannya dan setiap saat selalu hidup dengan rasa cinta-kasih tanpa kebencian, seperti yang tertulis di dalam Dhammapada, “Kebencian tidak akan selesai jika dibalas dengan kebencian, tetapi hanya dengan memaafkan dan cinta-kasihlah maka kebencian akan lenyap.”

Umat Buddha merayakan hari raya ini dengan pergi ke Wihara untuk melakukan ritual puja-bhakti. Hal ini bertujuan untuk mengingat kembali ajaran sang Buddha, mencontoh perilaku sang Buddha, dan melaksanakan ajaran agama Buddha.

 

Perayaan Waisak di Indonesia

Perayaan Waisak di Indonesia, khususnya di Candi Borobudur, terbilang khas. Umumnya perayaan di Candi Borobudur akan diawali dengan semedi di Candi Borobudur. Lalu, detik-detik Waisak ditandai dengan pemukulan beduk dan genta dan kemudian dilakukan pembacaan doa. Selesai berdoa, para biksu lalu melakukan pradaksina, yakni berjalan mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali.

Rangkaian Perayaan Waisak ini kemudian akan ditutup dengan pelepasan 1000 lampion dan inilah detik-detik yang sangat mengharukan.

Pelepasan 1000 lampion mengakhiri prosesi hari raya Trisuci Waisak. (Sumber gambar : terasmedan.com)

Tinggalkan komentar