Kebutuhan Internet Bagi Mahasiswa


Pada era informasi sekarang ini, koneksi internet merupakan kebutuhan yang tak terelakkan bagi banyak orang. Hal ini karena gaya hidup manusia modern sangat bergantung pada ketersediaan koneksi internet di manapun ia berada. Dapat dikatakan, gaya hidup masyarakat kini sangat haus akan koneksi internet: Mulai dari sekedar hiburan (streaming youtube dan game online), komunikasi dengan aplikasi tertentu, hingga urusan penting seperti backup data memerlukan koneksi internet cepat dan dapat diandalkan di manapun dan kapanpun.

Kebetulan saya adalah mahasiswa yang tinggal di daerah perantauan. Kebutuhan akan internet bagi seorang mahasiswa sudah menjadi satu hal yang wajib. Untuk menggambarkan kebutuhan seorang mahasiswa akan koneksi internet, saya akan menceritakan sedikit kebiasaan dengan koneksi internet.

Social Media dan Messaging Apps

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hal inilah yang mungkin menjadi alasan utama mengapa banyak orang menghabiskan waktunya untuk berkomunikasi, tak terkecuali saya. Kebutuhan berinternet yang paling banyak saya lakukan adalah aktif di social media dan berkomunikasi via messaging apps. Dengan adanya koneksi internet yang mumpuni, maka dengan mudah saya dapat berkomunikasi dengan mudah dan murah. Komunikasi yang murah tentu dilakukan dengan aplikasi messaging seperti  WhatsApp dan LINE. Berapa kalipun  pesan teks yang terkirim, biaya yang dikenakan hanya sebesar paket data yang dikonsumsi. Hal ini tidak memungkinkan jika dilakukan via SMS di mana tarif yang dikenakan berdasarkan berapa kali SMS dikirimkan, di mana satu pesan SMS hanya dapat memuat 160 karakter. Tak jarang jika sedang rindu pada orangtua, saya akan melakukan video call dengan mereka. Sehingga, internet cepat sangat diwajibkan saat ingin melepas rindu dengan kedua orangtua. Selain itu, kebutuhan untuk update di social media juga mengharuskan ketersediaan koneksi internet cepat di manapun kita berada.

Mengerjakan Tugas dan Mencari Materi Kuliah

Urusan kuliah tentu merupakan kebutuhan yang harus diutamakan. Dalam mengerjakan tugas tertentu dibutuhkan referensi yang ada di web. Setelah tugas selesai dikerjakan, biasanya saya melakukan backup ke cloud storage. Lagi-lagi dibutuhkan koneksi internet cepat untuk hal ini. Sekadar informasi, cloud storage artinya media penyimpanan yang berada di “awan”. Penjelasan sederhananya : file-file penting saya simpan di suatu penyedia layanan cloud storage dan bukan di komputer pribadi. Dengan demikian, selama masih ada koneksi internet, saya dapat mengakses file tersebut dari manapun dan kapanpun.

Hiburan

Setiap manusia butuh hiburan, termasuk mahasiswa. Hiburan dalam hal ini tentu yang melibatkan gadget. Saya suka membaca dan seringkali membaca situs-situs berita asing seperti BBC. Beritanya dikemas dengan baik dan seringkali dilengkapi dengan video liputan yang bisa di-streaming oleh pembaca. Tentu aktivitas video streaming membutuhkan koneksi internet yang cepat. Tanpa hal itu, video akan terlihat patah-patah dan menjadi kurang enak ditonton. Selain itu, terkadang saya menghibur diri dengan mencari konten-konten humor yang umumnya membuat banyak orang tersenyum sendiri, contohnya 9gag.com.

Streaming Musik

Zaman sekarang mendengarkan musik dapat dilakukan tanpa harus mengunduh file musik bersangkutan. Cara paling mudah mendengarkan musik apapun dan di manapun adalah melalui layanan streaming musik. Melalui cara ini, saya bisa memilih banyak lagu dari jutaan lagu yang ada di katalog penyedia layanan. Hal ini jelas sangat memudahkan karena untuk menyimpan banyak koleksi musik membutuhkan kapasitas penyimpanan yang sangat besar. Walaupun demikian perlu diingat bahwa kegiatan streaming musik harus didukung koneksi internet cepat. Tanpa hal ini, musik yang didengarkan bisa saja terputus di tengah jalan.

Blogging

Di sela waktu kosong, saya biasanya menyempatkan diri untuk blog-walking atau menulis artikel untuk blog pribadi. Saat butuh informasi, saya akan mencari informasi tersebut di internet.

Suplemen Makanan Yang Baik


Sebelum masuk ke dalam pembahasan mendalam mengenai suplemen makanan, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari suplemen makanan itu sendiri.

Menurut Karyadi (1997), suplemen makanan merupakan makanan yang mengandung zat-zat gizi dan non-gizi, bisa dalam bentuk kapsul, kapsul lunak, tablet, bubuk, atau cairan yang fungsinya sebagai pelengkap kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh tetap prima. Jadi menurut pengertian ini, suplemen makanan diharapkan dapat melengkapi kurangnya zat gizi tertentu sehingga tubuh Anda dapat dalam kondisi baik. Namun, tidak semua suplemen makanan benar-benar baik untuk tubuh. Tentu ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan untuk mendapatkan manfaat yang diharapkan dari makanan kesehatan yang satu ini.

Bahan Baku Alami

Suplemen makanan yang baik harus diproduksi menggunakan bahan baku yang baik pula. Artinya, bahan baku tersebut harus tidak berbahaya bagi kesehatan. Salah satu contoh bahan baku yang baik adalah jika diproduksi menggunakan sistem penanaman organik. Artinya, bahan baku berasal dari tumbuhan yang ditanam tanpa melibatkan pestisida, tanpa pupuk kimia, dan bukan merupakan GMO (Genetically Modified Organisms).

Penggunaan pestisida dan pupuk kimia pada tanaman dapat berakibat buruk bagi kesehatan konsumen. Sisa zat kimia (yang terkandung di dalam pestisida dan pupuk kimia) akan terakumulasi di lahan pertanian dan tanaman. Akumulasi sisa-sisa pestisida yang masuk ke tanaman, jika dikonsumsi, dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker, mutasi, dan cacat lahir.

Sedangkan Genetically Modified Organisms (GMO) adalah organisme yang telah mengalami perubahan akibat rekayasa genetik. Biasanya, rekayasa genetik pada tanaman dilakukan agar dapat lebih tahan hama, tahan penyakit, produksi panen meningkat, dan keuntungan komersial lainnya. Namun, GMO dapat berbahaya bagi kesehatan. Menurut Institute for Responsible Technology (IRT), GMO dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, gangguan sistem kekebalan tubuh, penuaan dini, dan kemandulan.

Penanaman OrganikPenanaman Non organik

Standar Proses Produksi Yang Baik

Suatu produk suplemen harus diproduksi dengan cara yang baik. Proses produksi suplemen makanan yang baik sudah seharusnya memenuhi standar Good Manufacturing Practice (GMP) atau di Indonesia dikenal dengan istilah Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Sebenarnya istilah standar GMP tidaklah menjamin bahwa proses produksi suplemen makanan dilakukan dengan standar terbaik. Pasalnya, standar GMP setiap waktu selalu mengalami penyempurnaan untuk mencapai standar yang lebih baik lagi. Untuk itu terdapat istilah current Good Manufacturing Practice (cGMP) yang menandakan proses produksi menggunakan standar terbaru yang ada untuk menjamin kualitas yang terus meningkat. Hal ini penting untuk memberi perlindungan kepada konsumen yang menggunakan makanan kesehatan yang satu ini.

Segar dan Tidak Berpengawet

Penting untuk diketahui bahwa makanan berpengawet tidak terlalu baik bagi tubuh. Untuk itu, jika Anda menginginkan keamanan dalam mengonsumsi makanan kesehatan yang satu ini, sebaiknya pilih yang segar dan tidak berpengawet. Produk suplemen kesehatan juga sebaiknya tidak menggunakan pewarna sintestis. Pengawet makanan dan pewarna sintetis dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan ginjal.

Pewarna AlamiPewarna Non alami

Bersertifikat Resmi dan Terpercaya

Tentu Anda menginginkan suplemen makanan yang dikonsumsi terbuat dari bahan yang terjamin halal. Untuk itu, Anda perlu memperhatikan sertifikat halal yang terdapat pada kemasan suplemen kesehatan Anda. Selain sertifkat halal, penting juga bagi produk suplemen kesehatan untuk tidak menggunakan bahan baku dari hewan bersertifikat bebas penyakit sapi gila.

 

Jadi, suplemen kesehatan sebagai makanan kesehatan bertujuan menyehatkan tubuh kita. Untuk mewujudkan hal itu, kita sebagai konsumen juga harus jeli dalam memilih suplemen kesehatan yang baik agar tujuan kesehatan yang dimaksud tercapai.

Sumber referensi:

http://www.responsibletechnology.org

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8505035

http://www.fda.gov

http://ik.pom.go.id

 

 

Revolusi Mobile Payment di Cape Town Afrika Selatan


Jika Anda sedang berwisata di Afrika Selatan, ada kemungkinan Anda akan melihat fenomena baru di sana, mobile payment. Ada pedagang majalah yang mungkin saja menawarkan barang dagangannya, lalu Anda harus mengscan QR Code yang ada pada pedagang tadi untuk membayar. Bahkan,ada pula tukang parkir dengan kartu pengenal dengan QR Code. Hanya dengan melakukan scan dengan ponsel Anda pada QR Code tadi, maka Anda telah membayar orang tersebut dengan sejumlah uang.

Penjual Majalah dengan QR Code (sumber gambar : BBC)

Petugas Parkir dengan QR Code (sumber gambar : BBC)

 

Penulis teringat saat euforia piala dunia di Afrika Selatan yang mengundang gegap gempita masyarakat di planet ini. Tak terkecuali Indonesia, di mana beberapa media meliput Afrika Selatan terutama kemiripannya dengan tanah air. Afrika Selatan dinilai memiliki banyak kemiripan secara sosial ekonomi dengan  Indonesia. Karena bagaimanapun juga, kondisi kemajuan ekonomi Afrika Selatan bisa dikatakan setara dengan Indonesia.

Namun, salah satu kota di Afrika Selatan mungkin dapat menunjukkan keunggulan negara itu terhadap Indonesia, dalam hal pemanfaatan teknologi tentunya. Selain fenomena smart city yang perlahan tapi pasti mulai melanda kota Cape Town (baca artikel penulis berikut ini), masyarakat kota ini juga lebih maju dalam hal teknologi informasi.

SnapScan dan FlickPay manfaatkan QR Code

Ada beberapa pilihan layanan mobile payment di Afrika Selatan, antara lain SnapScan, FlickPay, Zapper, dan GustPay. Namun, yang paling populer di Afrika Selatan saat ini adalah SnapScan.

Pembayaran melalui SnapScan memanfaatkan kemampuan kamera smartphone pembeli untuk melakukan transaksi (sumber gambar : 2oceansvibe.com)

 

Setiap merchant yang memanfaatkan SnapScan akan menerima QR Code unik. Pelanggan yang \telah mendaftarkan kartu kreditnya pada aplikasi SnapScan tersebut dapat membayar sang merchant dengan meng-scan pada QR Code melalui ponselnya. Lalu pelanggan juga mengkonfirmasi pembayaran tersebut dengan kode PIN atau scan sidik jari (jika ponselnya mendukung hal ini). Lalu, sang merchant akan menerima notifikasi pembayaran tersebut jika transaksi berhasil.

Di Cape Town, teknologi SnapScan telah dimanfaatkan secara luas, mulai dari toko retail besar hingga pedagang kaki lima. Bahkan, SnapScan telah melakukan kerjasama dengan pemerintah kota agar pengendara motor dapat membayar uang parkir dengan menggunakan SnapScan, di mana setiap petugas parkir memiliki kartu berisi QR Code unik miliknya yang digantung di leher. Bahkan, beberapa pihak mulai menunjukkan ketertarikan, contohnya gereja, untuk dapat memanfaatkan teknologi ini untuk kepentingan donasi tanpa harus dipusingkan dengan urusan pembukuan keuangan.

Sama halnya dengan SnapScan, FlickPay juga memanfaatkan QR Code untuk melakukan transaksi. Perbedaannya, pengguna FlickPay harus memasukkan PIN ke aplikasi FlickPay di ponselnya lalu aplikasi tersebut akan menghasilkan QR Code unik. Lalu, merchant kemudian akan meng-scan QR Code tersebut dengan QR Reader.

Mobile Payment adalah tentang efisiensi

Biaya adalah faktor penting yang mendorong fenomena ini. SnapScan tidak mengenakan biaya apapun bagi pembeli. SnapScan hanya mengenakan biaya transaksi pada merchant yang lebih murah dibandingkan kartu kredit. FlickPay juga gratis bagi para pembeli. Kedua layanan ini telah tersedia secara nasional di Afrika Selatan. Sebagai gambaran, hingga saat ini terdapat sekitar 14.000 merchant yang tersebar di seluruh Afrika Selatan yang menerima pembayaran melalui SnapScan.

Salah satu bank di Afrika Selatan, First National Bank, menyatakan bahwa nasabahnya melakukan 230 juta transaksi mobile payment setiap bulannya, jauh lebih besar dari transaksi mobile payment M-Pesa di Kenya.

Layanan mobile payment baru terus bermunculan

Fenomena ini ternyata juga memperoleh perhatian dari perusahaan besar. Beberapa waktu lalu, Apple memperkenalkan layanan mobile payment-nya, Apple Pay. Dengan Apple Pay, pelanggan dapat melakukan pembayaran dengan kartu kredit/debit melalui ponselnya dengan lebih aman dan mudah karena konfirmasi pembayaran berupa scan sidik jari.

Walaupun begitu, SnapScan dan FlickPay menilai masuknya Apple ke ranah bisnisnya justru akan menguntungkan bagi perkembangan mobile payment ke depannya, bukan sebagai ancaman. Karena kehadiran Apple Pay akan semakin membuat mempercepat adaptasi mobile payment ke masyarakat luas. Apalagi, merchant tidak memerlukan fasilitas kartu kredit untuk dapat memanfaatkan SnapScan maupun FlickPay. Hal ini jelas akan sangat memudahkan bagi merchant skala kecil (seperti pedagang kaki lima) untuk menerima pembayaran melalui SnapScan atau FlickPay. Layanan dari SnapScan juga tidak memerlukan mesin pembaca yang notabene tidak dimiliki merchant kecil.

Masalah keamanan

Mungkin, kekhawatiran yang muncul pada banyak kalangan adalah masalah keamanan transaksi. Jika ponsel hilang, identitas kartu kredit pada ponsel pembeli akan dapat diketahui oleh sang pencuri. Untungnya, pada aplikasi SnapScan dan FlickPay , merchant tidak akan mengetahui informasi kartu kredit tersebut karena satu-satunya hal yang digunakan dalam transaksi adalah scanning QR Code oleh kamera ponsel.

Apapun masalahnya, fenomena ini telah terjadi di Afrika Selatan. Bukan hanya cashless yang Anda lihat di sini, namun metode pembayaran makin terlihat cardless di benua Afrika, khususnya Afrika Selatan. Melihat hal ini, penulis bertanya-tanya, kapan Indonesia menyusul?

Apa Yang Dimaksud Kota Pintar (Smart City)?


Akhir-akhir ini, sebagian dari Anda mungkin pernah membaca atau mendengar mengenai Smart City atau Kota Pintar. Namun, mungkin sebagian dari kita akan bertanya-tanya, apa yang dimaksud dengan kota pintar?

Pertanyaan di atas tentu agak sulit untuk dijawab, apalagi untuk benda mati seperti kota. Bukankah kota itu berisi jalan, jembatan, dan bangunan fisik yang notabene benda mati? Bagaimanana mungkin bisa muncul ungkapan ‘kota pintar’?

Menurut wikipedia berbahasa inggris, kota pintar/smart city (atau bisa disebut dengan smarter city) menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan, mengurangi biaya dan konsumsi sumber daya. Sektor kunci yang dicakup oleh kota pintar meliputi transportasi, energi, kesehatan, air bersih, dan manajemen limbah. Kota pintar harus dapat menjawab tantangan lokal dan global dengan lebih cepat.

Berdasarkan pengertian di atas, kota pintar memiliki keunggulan dalam mengatasi masalah dan menjawab tantangan sebuah kota, baik tantangan lokal maupun global. Permasalahan lokal sebuah kota, dapat berbeda dengan kota lainnya. Misalnya, kota Jakarta bermasalah akan polusi dan kemacetan sehingga perlu dipasang sensor elektronik dan analisis data untuk mengatasinya. Sedangkan, kota Jakarta kurang ramah lingkungan sehingga perlu dibangun lebih banyak ruang terbuka hijau dan shelter peminjaman sepeda. Salah satu program shelter peminjaman sepeda telah dilakukan di kota Bandung, Jawa Barat.

Beberapa kota di dunia telah dirancang dengan konsep ini, contohnya kota Songdo di Korea Selatan. Kota itu memiliki infrastruktur berteknologi tinggi. Selain itu, ada pula kota hijau Masdar di Uni Emirat Arab. Bahkan, beberapa kota dari negara-negara yang kurang maju punya beberapa aspek kota pintar. Contohnya kota Dar es Salaam di Tanzania yang dapat memonitor urbanisasi dengan aplikasi seperti OpenStreetMap. Selain itu ada pula program pemukiman pintar di perbatasan kota Cape Town (Afrika Selatan) dimana rumah penduduk menggunakan panel surya dan smart meter. Ini yang menarik. Penggunaan smart meter pada rumah memungkinkan penduduk untuk menjual listrik berlebihan tak terpakai yang dihasilkan panel surya mereka ke jaringan listrik yang ada.

Salah satu negara yang ingin menjadi pemimpin dunia dalam implementasi kota pintar adalah Inggris. Untuk memulai program kota pintarnya, tahun lalu pemerintah Inggris mengadakan kompetisi kota pintar di Inggris. Kompetisi itu menghasilkan kota Glasgow sebagai pemenang uang sebesar 25 juta poundsterling. Uang itu harus digunakan pemerintah kota untuk belanja perangkat teknologi kota pintar.

Namun, apakah kota Glasgow dapat dikatakan sebagai kota pintar? Glasgow dikenal memiliki banyak permasalahan sosial dan merupakan kota dengan angka harapan hidup paling rendah di antara kota-kota di Inggris. Walaupun demikian, setidaknya Glasgow telah keluar sebagai pemenang. Sebagian dari uang hadiah itu mungkin akan digunakan untuk menganalisis data untuk menjawab tantangan Glasgow. Uang itu juga dapat dipergunakan untuk  meningkatkan efisiensi energi dengan pengaturan jalur lintas terkomputerisasi untuk transportasi umum.

Kenyataannya, setengah dari uang yang dimenangkan Glasgow telah digunakan untuk membangun gedung pusat kendali lalu lintas yang penuh dengan layar LCD yang dipantau oleh polisi, pengatur lalu lintas, dan layanan darurat. Hal ini penting untuk mengatasi kejahatan yang terjadi. Glasgow juga telah memperbaharui sistem kamera pengintainya/CCTV dengan 400 kamera beresolusi tinggi dan membiayai penelitian untuk memprediksi kejahatan dengan analisis data. Selain itu, kota ini juga menginvestasikan sebagian dana untuk sistem penerangan yang cerdas untuk mengurangi tagihan listrik kota. Bahkan, Glasgow akan menggunakan sebagian uang tersebut untuk membuka beberapa data kota yang dapat diakses publik dan telah mempuat aplikasi di mana penduduk dapat melaporkan permasalahan seperti sampah dan jalan berlubang.

Aplikasi Digital Penghubung Masyarakat dengan Kotanya

Di sisi lain, juara runner-up kompetisi smart city Inggris, kota Bristol, memenangkan hadiah uang sebesar tiga juta poundsterling.

Bristol berencana membuka data pemerintah kota untuk dapat dimanfaatkan oleh berbagai layanan dan aplikasi, salah satu contohnya aplikasi HillsAreEvil. Aplikasi ini memberi informasi kepada warga kota, khususnya yang bergantung pada kursi roda, untuk memperoleh informasi lokasi dimana jalur yang dapat dilalui dengan mudah oleh kursi roda. Misalnya, aplikasi akan memberikan lokasi di mana terdapat jalan yang landai. Dewan kota juga akan membuka data mengenai inspeksi makanan. Sehingga, masyarakat bisa langsung melihat secara real-time rating restoran atau kafe tertentu.

Dalam hal energi, Bristol memiliki perusahaan energi terbarukan sendiri. Dengan dana investasi pinjaman dari European Investment Bank (EIB) perusahaan tersebut telah memasang banyak turbin angin dan 28.000 panel surya di rumah pelanggan. Hasilnya, Bristol juga memenangkan European Green Capital 2015.

Bristol dikenal sebagai kota ramah bersepeda

Dalam hal komunikasi, dewan kota Bristol telah memasang fiber optik yang menghubungkan sekolah, pusat komunitas, dan bisnis. Harapannya, akan ada perusahaan berteknologi tinggi yang akan memanfaatkan jaringan tersebut. Bahkan, karena saking tingginya kecepatan yang ditawarkan, dewan kota menantang pihak swasta untuk menguji kemampuan jaringan itu sehebat mungkin.

Kota Pintar Juga Kota Yang Menyenangkan

Ada hal lain yang cukup menarik di samping hal-hal di atas, kota Bristol membuat beberapa hal yang cukup menghibur dengan memanfaatkan teknologi. Hal ini dilakukan untuk mematahkan anggapan orang bahwa kota pintar hanya tentang efisiensi. Salah satu hal yang ditawarkan adalah Shadowing.

Shadowing, yang merupakan ide pemenang Playable Cities Awards, merupakan sebuah konsep di mana para pejalan kaki dapat melihat jejak bercahaya dari orang lain yang melewati jalan yang sama pada waktu sebelumnya (beberapa hari atau minggu sebelumnya).

Kesimpulan

Melihat berbagai pendekatan kota untuk menuju kota pintar, rasanya tidak ada syarat pasti supaya sebuah kota bisa menjadi kota pintar. Sebagian memilih membangun pusat kontrol, sedangkan yang lain membangun jaringan fasilitas berteknologi tinggi. Intinya, sampai pada saat itu terjadi, hendaknya kita turut berkontribusi untuk mempercepat implementasi konsep ini di kota di mana kita tinggal. Dengan demikian, kota kita dapat makin baik dalam menjawab tantangan dalam memenuhi kebutuhan warganya.

Crowd Investing : Fenomena Investasi Online


Selama ini, investasi sering dianggap sebagai “mainan” kelompok masyarakat kelas atas untuk mempertahankan kekayaan mereka di masa yang akan datang. Namun, hal ini sepertinya mulai menunjukkan perubahan.

Sejak teknologi informasi hadir di tengah masyarakat, banyak perubahan yang terjadi. Cara masyarakat berkomunikasi berubah menjadi lebih terdigitalisasi. Begitu pula cara masyarakat membayar tagihan, belajar, bermain. Semuanya berubah dengan pesat akibat kemajuan teknologi informasi. Perubahan demikian tak terkecuali juga dialami oleh sektor investasi. Kini, dengan teknologi, masyarakat awam dapat membeli saham perusahaan start-up melalui platform crowd investing atau crowd funding.

Tunggu dulu, apa itu perusahaan start-up? Perusahaan start-up adalah sebuah kerjasama atau organisasi sementara yang dibuat untuk menemukan skala model bisnis yang sesuai. Perusahaan ini adalah perusahaan yang baru didirikan yang masih dalam suatu fase pengembangan dan penelitian pasar. Jadi, perusahaan ini umumnya belum dapat memberikan jaminan keberhasilan berlangsungnya bisnis dan belum memiliki reputasi yang memadai dibandingkan dengan perusahaan yang lain yang telah lama berdiri dan memiliki banyak konsumen.

Lalu, mengapa masyarakat awam ada yang mau membeli saham perusahaan start-up? Bukankah terlalu berisiko untuk berinvestasi pada perusahaan yang belum memiliki reputasi? Nah, di sinilah menariknya berinvestasi pada bisnis start-up. Walaupun dana yang di-investasikan berisiko hilang (misalnya karena perusahaan bangkrut), namun investasi yang dilakukan juga berpeluang besar untuk dapat menguntungkan. Hal ini jika produk yang ditawarkan perusahaan tersebut mengalami booming di kalangan masyarakat.

Salah satu contoh perusahaan yang booming dengan sangat cepat adalah Facebook. Pemiliknya sendiri bahkan juga tidak menyangka bahwa website miliknya dikunjungi oleh masyarakat dunia. Facebook, oleh Mark Zuckerberg, yang tadinya hanya dimaksudkan untuk dapat menghubungkan mahasiswa dari beberapa universitas ternama di Amerika Serikat, sekarang menjadi website dan perusahaan bernilai 104 milliar dollar AS (per 18 Mei 2012), jauh lebih tinggi dari perusahaan sekelas Kraft, Disney, dan McDonald’s.

Membeli Saham, Membeli Perusahaan

Perlu diketahui, fenomena crowd investing merupakan skema di mana masyarakat umum dapat membeli saham secara online. Jika seorang investor membeli saham itu bukan berarti ia  meminjamkan uangnya untuk  mendapatkan bunga atau mendonasikan uangnya untuk mendapatkan benefit tertentu, melainkan ia membeli sebagian dari perusahaan itu. Artinya, sekecil apapun nilai saham yang ia beli, maka ia turut menjadi salah satu pemilik perusahaan tersebut. Namun, semakin kecil porsi saham yang ia beli, tentu semakin kecil pula keuntungan yang ia dapat dari perusahaan tersebut.

Investor yang tertarik untuk berinvestasi pada crowd investing ini dapat dapat memilih platform investasi yang banyak tersedia di internet, di antaranya adalah Crowdcube, InvestingZone, SyndicateRoom, Crowdfunder dan CircleUp. Hingga saat ini, sekitar 30 platform crowdfunding atau crowdinvestning di Inggris telah menarik investasi senilai 100 juta euro dengan pertumbuhan tiap tahun 201%, sedangkan di Amerika Serikat nilainya mencapai lebih dari 5 miliar dollar AS (sekita 3 miliar euro).

Demokratisasi Investasi

Fenomena crowd dapat dikatakan sebagai sebuah demokratisasi investasi. Karena cara berinvestasi seperti ini membuka kemungkinan bagi siapa saja yang ingin melakukan investasi. Contohnya Crowdcube, salah satu platform crowd investing, telah menarik investasi senilai 45 juta euro untuk 160 bisnis dari 100.000 lebih investor yang terdaftar. Sebagai perbandingan, jika nilai investasi di sebuah perusahaan biasanya sekitar 3.000 euro, nilai investasi melalui Crowdcube berkisar antara 10 hingga 400.000 euro.

Crowd investing juga memungkinkan orang untuk lebih dapat mengontrol investasinya. Setelah seseorang mendaftar dan mengunduh aplikasi crowd investing, ia dapat melihat daftar pilihan investasi, mengunduh detail dan rencana bisnis, menanyakan sesuatu, berbicara secara langsung dengan pemilik bisnis, dan berbagi ide dengan investor lain melalui forum online.

Berbeda dengan investasi tradisional yang selama ini kita kenal, membeli saham melalui platform crowd investing tidak dikenakan biaya tambahan. Sedangkan, investasi tradisional akan melibatkan banyak biaya seperti biaya untuk broker, manajemen investasi, dan biaya persetujuan. Pada platform ini, perusahaanlah yang akan dikenai biaya sebesar 5% hingga 7.5%  dari dana yang berhasil terkumpul. Contohnya InvestingZone yang mengenakan biaya sebesar 5% kepada perusahaan. Sejak diluncurkan pada 2013, InvestingZone telah memiliki 9 entitas bisnis terdaftar dengan investasi sebesar 10 juta euro.

Mendulang Uang Dengan Mudah

Melalui skema ini, perusahaan akan diuntungkan karena mereka bisa memperoleh pendanaan yang mungkin tidak bisa didapatkan dengan mudah.

Sebagai contoh, perusahaan salad yang berbasis di London bernama Righteous tidak memperoleh pinjaman dari bank. Akhirnya, Righteous berhasil memperoleh 75.000 euro melalui Crowdcube dan dananya digunakan untuk memasang iklan di televisi. Iklan tersebut menarik perhatian banyak orang dan akhirnya perusahaan tersebut memperoleh investasi lagi sebesar 150.000 euro untuk menggenjot produksi.

Iklan pertama Righteous menggunakan investasi yang dikumpulkan melalui Crowdcube

Contoh lainnya adalah NearDesk, perusahaan yang bergerak di bidang penyewaan tempat kerja yang berbasis di Inggris. Perusahaan ini berhasil menarik investasi senilai satu juta euro melalui Seedrs yang setara dengan 22.56% porsi saham.

Berisiko Tinggi

Walaupun terlihat sangat bersahabat, namun Financial Conduct Authority (FCA), sebuah badan keuangan pemerintah Inggris, melihat crowdfunding sebagai investasi berisiko tinggi. Bagaimanapun juga, terdapat resiko investor kehilangan seluruh uangnya, terutama jika perusahaan gagal memperoleh keuntungan atau bangkrut. Selain itu, investor tidak dapat serta merta menjual sahamnya kepada orang lain jika suatu saat membutuhkan uang tersebut. Hal ini karena investasi tidak dilakukan pada perusahaan yang tidak terdaftar di pasar saham. Sehingga jumlah calon pembeli tidak banyak.

Walaupun begitu, ada pula perusahaan yang mengkhususkan dirinya untuk penjualan saham perusahaan start-up tersebut, contohnya Asset Match. Perusahaan ini menyediakan sistem pemasaran online atas saham yang dibeli melalui skema crowd investing melalui pelelangan. Pemilik saham akan memasang harga atas saham mereka, selanjutnya para pembeli akan bersaing secara lelang untuk dapat memiliki saham tersebut.

Pendiri Asset Match berpendapat, potensi nilai investasi pada banyak perusahaan yang belum terdaftar sebesar 300 miliar euro. Sehingga, kehadiran Asset Match pasti akan dibutuhkan para investor yang ingin menjual asetnya.

Setelah dua tahun berdiri, Asset Match telah memiliki 21 perusahaan terdaftar dan mengenakan biaya pada pembeli dan penjual sebesar 3% nilai transaksi. Dan untuk ke depannya, pasar saham seperti ini diharapkan akan diikuti oleh lebih banyak lagi perusahaan start-up hingga mencapai skala sebesar pasar saham tradisional.

Apakah Kunci Logam Akan Punah?

Kunci Kamar dan Kunci Gembok

Sejak zaman Firaun, manusia telah menggunakan kunci, atau bisa disebut anak kunci, berbahan metal untuk mengunci sesuatu. Adapun tujuannya berbeda-beda, ada yang untuk melindungi benda berharga di lemari, mengurung tahanan di penjara, dan lain sebagainya. Selama ribuan tahun tersebut, anak kunci berbahan logam dikenal sebagai sistem yang kuat dan aman. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi penguncian eletronik, apakah kunci yang kita kenal selama ini berada di ambang kepunahan?

Minggu lalu, sebuah produsen mobil meluncurkan mobil Range Rover berteknologi keyless ignition. Artinya untuk menghidupkan mesin mobil tidak diperlukan kunci fisik biasa. Jadi, jika seseorang, katakanlah pencuri, berhasil masuk ke dalam mobil tersebut, maka orang tersebut berpeluang untuk meng-copy kode keamanan mobil tersebut.

Mungkin, hal tersebut akan terdengar sangat beresiko. Apalagi, anak kunci logam berbentuk fisik yang telah kita kenal selama ribuan tahun telah terbukti sebagai solusi paling aman untuk urusan kunci-mengunci. Namun, ternyata salah satu peneliti di Eropa, Matthew Avery, mengatakan bahwa seiring perkembangan teknologi, masalah ini akan teratasi. Apalagi, muncul pertanyaan, bukankah seharusnya mobil berteknologi tinggi dilindungi oleh teknologi tinggi juga?

Avery mengatakan bahwa lebih dari 80% kendaraan sekarang telah memanfaatkan konsep teknologi keyless ignition. Bahkan, ia memprediksi dalam lima tahun ke depan tidak akan ada lagi mobil yang diproduksi dengan hanya mengandalkan sistem penguncian konvensional yang kita kenal selama ini.

Nah, contohnya untuk kasus Range Rover di atas, menurut Avery masalah tersebut akan terpecahkan sesegera mungkin. Buktinya, saat remote control diperkenalkan untuk pertama kalinya untuk mengunci mobil, pencuri dapat meng-copy frekuensi penguncian tersebut. Namun, sekarang hal tersebut sudah berhasil diatasi. Remote control mobil akan menggunakan frekuensi yang berubah-ubah setiap kali mobil terkunci. Sehingga, bukan tidak mungkin jika suatu saat kita dapat menggunakan smartphone untuk urusan kunci-mengunci mobil.

 

 

Perlu diketahui, penggunaan anak kunci logam yang kita kenal sekarang ini dipercaya telah digunakan sejak zaman mesir kuno. Prinsip kerja sistem penguncian logam yang ditemukan ribuan tahun yang lalu masih kita gunakan sampai sekarang. Namun, desain sistem penguncian mengalami perkembangan pesat pada abad ke-18 dengan memanfaatkan per. Kunci modern yang kita gunakan sekarang ditemukan oleh Linus Yale Jr pada tahun 1861. Walaupun kunci  penemuan Linus Yale merupakan peningkatan terbesar sejak zaman mesir kuno, prinsip kerja yang dipakai  tetaplah didasarkan pada penemuan ribuan tahun silam tersebut. Jadi, tidak mengejutan jika sistem penguncian itu akan secara perlahan disingkirkan.

Contoh paling nyata dalam hal tersebut adalah industri perhotelan. Industri ini adalah salah satu dari sekian banyak industri yang menyingkirkan penggunaan kunci logam. Penggunaan kartu sebagai kunci pertama kali diperkenalkan di sebuah hotel di Atlanta, Amerika Serikat pada tahun 1979. Kunci kartu pertama ini sangat sederhana yaitu dengan beberapa susunan lubang. Akhirnya, penggunaan kartu sebagai kunci ini digunakan secara luas, namun bukan karena alasan keamanan, melainkan untuk menghemat listrik karena listrik hanya dapat menyala apabila kartu tersebut terpasang pada tempatnya. Keuntungan penggunaan kunci kartu lainnya adalah memungkinan pegawai hotel untuk mengetahui apakah pelanggan sedang berada di dalam kamar. Sistem penguncian di industri perhotelan terus mengalami perkembangan, bahkan terdengar kabar bahwa tahun depan hotel Hilton di Amerika Serikat akan dapat menggunakan smartphone sebagai kunci ke kamar hotel yang telah dipesan.

Contoh lain perkembangan kunci di dunia modern adalah kunci biometric seperti sidik jari. Sekarang, kantor, sekolah, maupun universitas telah memanfaatkan sidik jari untuk sistem absensi. Apalagi dengan diperkenalkannya Apple Pay beberapa waktu lalu. Anda dapat membeli barang dari merchant yang mendukung Apple Pay dengan perangkat iOS yang mendukung yang dilengkapi dengan sensor sidik jari untuk autorisasi transaksi yang dilakukan. Aman dan mudah.

 

Sebuah demo Apple Pay oleh TechCrunch

 

Pada awal tahun ini, Apple meluncurkan HomeKit, sebuah rangka kerja untuk pengembangan aplikasi untuk keperluan automasi rumah tempat tinggal, semisal untuk keperluan penguncian pintu. Selain inisiatif dari Apple, sebenarnya sudah ada produk sejenis yang ada di pasaran yaitu August Smartlock yang memanfaatkan smartphone untuk membuka kunci pintu rumah. Perangkat tersebut bahkan juga memungkinkan pemilik mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya pada waktu-waktu tertentu. Jika listrik padam, maka terdapat kunci cadangan berupa kunci logam biasa.

Namun, perkembangan teknologi penguncian elektronik juga tak lepas dari perdebatan. Jika Anda mungkin merasa nyaman dan aman dengan menggunakan kartu untuk kamar hotel Anda, atau menggunakan smartphone untuk mobil Anda, belum tentu Anda merasa bahwa penggunaan teknologi elektronik untuk penguncian pintu rumah merupakan pilihan yang tepat. Anda tentu bertanya, bagaimana jika terdapat kebakaran, gempa bumi, mati listrik, apakah sistem penguncian tetap akan bekerja? Pertanyaan tersebut pasti (dan harus) muncul dalam benak Anda saat memutuskan untuk memanfaatkan teknologi ini. Selain itu coba bayangkan, jika kunci Anda jatuh ke dalam air, mungkin hal itu bukan masalah besar. Namun jika kunci elektronik Anda (semisal smartphone) jatuh ke dalam air, bukankah itu menjadi suatu masalah? Selain itu, kita juga harus berpikir mengenai pentingnya teknologi tersebut untuk diterapkan untuk keamanan rumah kita. Apalagi, kita tidak dapat menyangkal bahwa kunci berbahan logam memiliki daya tahan yang cukup lama dan kehandalannya telah terbukti selama ribuan tahun.

Jika ada dari kita berpikir bahwa dalam waktu dekat sistem penguncian elektronik akan menggantikan kunci konvensional yang ada, pendapat tersebut kemungkinan merupakan sebuah kesalahan. Mungkin, pemikiran tadi berkaca pada perkembangan teknologi komunikasi. Seiring perkembangan komunikasi melalui telepon seluler terutama teknologi pesan singkat, surat-menyurat melalui media fisik seperti kertas terus mengalami penurunan. Apalagi setelah teknologi surat elektronik (e-mail) dipergunakan oleh masyarakat luas. Namun, hal ini tidak dapat disamakan dengan perkembangan teknologi penguncian. sebagai contoh, manusia sekarang telah mengenal teknologi roket untuk keperluan antariksa dan persenjataan. Namun, coba Anda lihat di jalan raya, apakah tetangga atau teman Anda bepergian dengan menggunakan sepatu jet atau semacamnya? Jadi, perkembangan dan adaptasi teknologi ke masyarakat (sebagai konsumen) memiliki banyak faktor untuk menjadi kenyataan. Contoh lain adalah meja. Hingga sekarang, sebagian besar meja masih terbuat dari kayu. Walaupun ada alternatif bahan lain seperti besi, namun meja kayu masih menjadi pilihan utama masyarakat. Padahal, manusia telah menggunakan meja selama ribuan tahun. Namun, perkembangan teknologi dan peradaban tidak membuat bahan meja tergantikan. Meja yang ada sekarang mungkin hanya berbeda variasi bentuk dan ornamen dari meja di ribuan tahun silam.

Jadi, kesimpulannya, terserah pada Anda. Anda sebagai konsumen yang nanti akan menentukan ke mana arah perkembangan teknologi penguncian. Namun, jika penulis boleh berpendapat, sepertinya manusia tetap akan mengandalkan anak kunci penemuan mesir kuno untuk beberapa abad ke depan.

Sehat Tanpa Berolahraga dengan Rutinitas Keseharian


Tidak semua senang berolahraga dan tidak semua orang punya akses ke tempat olahraga, seperti gym misalnya. Tapi, mungkinkah seseorang tetap sehat bugar hanya dengan melakukan rutinitas sehari-hari?

Faktanya, kini sebagian besar dari kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk duduk sambil menatap layar komputer dan perangkat digital lainnya. Kita lebih memilih menggunakan kendaraan daripada berjalan kaki untuk menuju ke suatu tempat, menghindari tangga dengan menggunakan elevator, menggunakan berbagai alat otomatis untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, dan mengirim pesan teks atau email pada rekan kerja padahal jaraknya hanya beberapa belas meter. Singkatnya, kita menjadi semakin malas bergerak dan berolahraga dengan alasan tidak punya cukup waktu.

Berapa lama yang dibutuhkan untuk berolahraga? Kebanyakan, ahli kesehatan merekomendasikan setidaknya 150 menit olahraga dengan intensitas sedang, atau 75 menit olahraga berat per minggu. Aktivitas apapun yang menyebabkan badan bergerak adalah baik, namun hanya aktivitas dengan intensitas sedang dan tinggi yang akan mengurangi resiko penyakit jantung, kanker, dan obesitas.

Namun, jika Anda tidak terlalu berkeinginan untuk pergi ke gym atau melakukan permainan olahraga (menurut survey kurang dari 20% orang termasuk kategori ini), maka Anda dapat mengakali cara untuk mencapai 150 menit kegiatan ber-intensitas sedang dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mengungkap hal tersebut, sebuah tim dari acara ‘Trust Me I’m a Doctor’  merekrut delapan orang sukarelawan yang memiliki bentuk dan berat tubuh berbeda-beda. Tubuh mereka dipasangkan suatu sensor yang dapat memantau aktivitas manusia. Para sukarelawan juga diminta untuk melakukan berbagai kegiatan dalam ruangan maupun luar ruangan.

Penelitian ini dimulai dengan aktivitas keseharian rumahan seperti menyetrika, menyapu, membersihkan debu, dan mengepel.

Setelah para sukarelawan menyeleaikan suatu pekerjaan, ilmuwan bernama Dr Andy Blannin mengambil data mereka dengan skala 1 hingga 10, angka ini disebut dengan skor MET. MET (Metabolic Equivalent of Task) adalah ukuran konsumsi energi per jam. Siapapun yang mendapat skor lebih dari 3 dianggap melakukan aktivitas sedang, sedangkan yang mendapat nilai di atas 6 dianggap melakukan aktivitas berat. Menyetrika dan membersihkan debu hanya memiliki skor MET masing-masing sebesar 1.3 dan 1.5. Sedangkan menyapu dan mengepel memiliki skor MET sedikit di atas 3, hal itu membuat kegiatan ini memiliki intensitas yang sedang.

Dr Andy Blannin

Para sukarelawan mengaku menghabiskan 37 menit per minggu untuk melakukan dua aktivitas terakhir, yang berarti hanya seperempat dari waktu  minimum 150 menit yang disarankan.

Lalu, penelitian dilanjutkan lagi dengan melakukan aktivitas luar ruangan seperti mencuci mobil, membersihkan jendela, memotong rumput, dan menanam bunga.

Hasilnya, semua aktivitas luar ruangan ini mencapai skor MET dengan nilai lebih dari 3. Mengelap jendela mendapat skor 3.1, menanam bunga mendapat skor 3.4, mencuci mobil mendapat skor 3.6, dan memotong rumput mendapat skor MET sebesar 4.4.

Para sukarelawan mengatakan rata-rata waktu yang dihabiskan untuk kegiatan luar ruangan adalah 72 menit. Dengan begitu, jika kita kombinasikan total aktvitas mereka di dalam dan di luar ruang adalah sejumlah 109 menit. Jika ditambah dengan berjalan santai enam menit sehari, maka dalam seminggu target 150 menit tersebut akan tercapai.

 

Skor MET

Air Minum Sehat Untuk Segala Lapisan


Kalau berbicara mengenai kesehatan, masyarakat Indonesia mungkin sudah cukup sadar akan pilihannya. Penulis yang saat ini masih tinggal di kamar kos sewaan di kota Semarang adalah satu contohnya. Mengapa? Karena penulis kebetulan memiliki sistem pencernaan yang sensitif, sehingga segala konsumsi yang masuk ke dalam mulut harus terjamin, termasuk urusan air minum.

Mungkin, terlalu dini jika berpendapat bahwa masyarakat Indonesia sudah sadar akan kualitas air minum hanya berdasarkan pengalaman pribadi. Memang sih, dapat dikatakan masih banyak juga masyarakat yang belum sadar akan pentingnya hal ini. Terutama bagi masyarakat yang kerap kali mengkonsumsi air minum isi ulang. Karena harganya yang sangat murah, tak heran pilihan ini banyak dijalankan berbagai lapisan masyarakat. Karena konsumen air minum kemasan bermerek umumnya lebih mahal, sehingga air jenis ini lebih banyak dinikmati kalangan masyarakat menengah ke atas.

Air Minum Isi UlangBagi penulis, air minum isi ulang kurang terjamin dari segi kesehatan. Mengapa? Pengalaman pribadi membuktikan tidak perlu menunggu lama untuk mengalami penyakit (seperti diare) jika dalam kurun waktu tertentu kerap mengkonsumsi air jenis ini. Walau terlihat bening, air kemasan isi ulang mungkin masih terkandung bakteri jahat yang dapat berbahaya bagi tubuh. Sehingga, belajar dari pengalaman, penulis berkomitmen untuk tidak mengkonsumsi air minum kemasan isi ulang. Dan melalui tulisan blog ini, penulis akan mencoba membahas persoalan berbagai pilihan sumber air minum.

 

Air Minum Sehat Seringkali Mahal dan Sulit Didapat.

Jika Anda bertanya kepada orang sekitar, mungkin alasan mereka membeli air minum kemasan isi ulang adalah harganya yang murah. Datu (20), salah seorang mahasiswa di sebuah kota di Jawa Tengah, mengatakan untuk keperluan air minum cukup mengandalkan depot isi ulang air minum. Untuk keperluan ini, ia cukup merogoh kocek empat ribu rupiah saja untuk menikmati 19 liter air. Hal ini jauh lebih murah ketimbang air minum kemasan bermerek yang kini harganya mencapai di atas lima belas ribu rupiah per galonnya. "Ya, selama ini sih tidak masalah. Toh, harganya murah. Cocok untuk kantong mahasiswa."

Selain mahal, alasan lain yang kerap ditemui adalah keterbatasan stok air minum kemasan dalam bentuk galon. Dimas (23), mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri, mengatakan bahwa seringkali ia menemukan depot air minum yang tidak dapat mengirimkan pesanan. Alasannya seringkali karena stok habis. "Tapi, saat di cek, ternyata stok mereka masih cukup banyak. Entah karena mereka malas mengantar atau supaya konsumen mulai beralih ke air isi ulang yang juga ditawarkan depot-depot tersebut".

 

Air Minum Sehat Nan Murah

Apakah mungkin untuk tetap mengkonsumsi air minum dengan biaya murah? Meminum sedikit air mungkin merupakan solusi jitu. Namun, cara tersebut salah. Kita sebagai manusia membutuhkan air minimal 10 gelas per hari. Apalagi, air minum akan baik untuk tubuh dan tidak memiliki efek samping apapun jika dikonsumsi. Sehingga, menghemat air minum dengan menahan haus berarti menyangkal kebutuhan dasar Anda sebagai makhluk hidup. 10 gelas air

Lalu apa solusi yang tepat? Salah satu yang paling tepat adalah menggunakan teknologi water purifier yang ditawarkan Pure It. Mengapa tepat? Karena hanya dengan berbekal air keran sekalipun, Anda dapat memperoleh air minum layak konsumsi yang dijamin sehat untuk tubuh Anda.

Teknologi cocok sangat tepat untuk dimanfaatkan seluruh kalangan. Jika Anda Mahasiswa atau anak Anda akan berkuliah di kota lain, Pure It akan memberikan solusi yang lebih praktis dan nyaman. Selain tidak perlu mencari atau menunggu pesanan galon air mineral, menggunakan Pure It juga berarti menghemat pengeluaran untuk keperluan air minum. Keluarga Anda juga dapat memanfaatkan teknologi Pure It untuk keperluan minum sehari-hari yang terjamin.

Lalu bagaimana prinsip kerjanya? Pada dasarnya Anda hanya memerlukan air tanah atau PAM untuk disaring oleh produk Pure It melalui 4 tahap proses pemurnian. Melalui keempat tahap tersebut, air yang telah tersaring dijamin bebas dari bakteri dan virus. Air disaring dengan susunan Germkill Kit pada produk Pure It yang harus diganti setiap penyaringan 1500 liter air atau 6 – 8 bulan sekali. Walaupun begitu biaya air minum dari teknologi Pure It masih terbilang paling murah, bahkan dari air minum isi ulang sekalipun.

Mari kita coba melakukan perhitungan sederhana:

  • Perhitungan biaya yang harus dikeluarkan untuk konsumsi air minum hasil saringan Pure It adalah sebagai berikut. Harga Germkill Kit Pure It yang sebesar Rp 175.000,- dapat menyaring 1500 liter air PAM, dengan kata lain biaya penyaringan air sebesar Rp 117,-/liter. Jika kita gunakan tarif PAM DKI Jakarta dengan tarif golongan paling mahal sebesar Rp 14.650,-/m3 atau Rp 14,65,-/liter, maka biaya air minum Pure It adalah sebesar = Rp 117,-/liter + Rp 14,65,-/liter = Rp 131,65/liter.
  • Perhitungan biaya yang harus dikeluarkan untuk konsumsi air minum kemasan isi ulang adalah sebagai berikut. Harga satu galon dengan volume 19 liter seharga Rp4000,-. Dengan kata lain, harga per liternya adalah Rp 210,-.
  • Perhitungan biaya yang harus dikeluarkan untuk konsumsi air minum kemasan bermerek adalah sebagai berikut. Harga satu galon dengan volume 19 liter seharga Rp14.000,-. Dengan kata lain, harga per liternya adalah Rp 737,-.

image

Dengan demikian, sudah saatnya jika Anda mulai mempertimbangkan kesehatan Anda sendiri, tidak semata-mata memilih harga yang paling murah. Bahkan, dari perhitungan sederhana di atas, terbukti bahwa Pure It mampu menghadirkan air minum berkualitas yang lebih murah dibanding air minum kemasan isi ulang. Sehingga, penulis berkeyakinan jika teknologi Pure It berpeluang besar untuk menjadi pilihan berbagai lapisan masyarakat di Indonesia.

Foto Digital Sebuah Memori Yang Terlupakan


Bagi manusia masa kini, kamera merupakan perangkat yang mudah ditemui. Coba saja Anda lihat di sekitar : Ada perangkat laptop/PC dengan webcam-nya, telepon selular dengan kamera belakang maupun depan, iPod kesayangan yang mulanya hanya untuk memutar musik namun punya kamera, terakhir tablet komputer yang juga memiliki kamera (tidak ketinggalan perangkat kamera itu sendiri).

clip_image002

Sekarang, kamera juga dikenal sebagai perangkat yang murah. Contohnya, dengan berbekal uang satu juta rupiah, Anda sudah mendapatkan telepon seluler dengan beragam kemampuan, sebut saja musik, kamera, komunikasi, internet. Alhasil proses memotret foto menjadi sangat mudah dilakukan siapa saja , kapan saja, dan di mana saja. Tak heran jika sebagian besar media penyimpanan komputer Anda berisi file foto. Itupun belum termasuk foto-foto yang Anda unggah ke berbagai media sosial.

Begitu banyaknya perangkat fotografi dan file foto yang dihasilkan, namun keberadaannya menjadi biasa saja saat ini. Padahal, foto merupakan kenangan lama yang dapat membuat tersenyum atau haru saat kita, sang pemilik, melihatnya lagi di waktu yang akan datang.

Zaman kamera film, foto begitu berharga

Penulis jadi teringat saat dulu masih di bangku sekolah taman kanak-kanak. Saat itu, masih marak istilah mengenai cuci film. Proses cuci film adalah dimana hasil jepretan Anda dari sebuah rol negatif kamera dicetak menjadi lembaran foto berwarna.

Waktu itu, jumlah foto hasil jepretan cenderung terbatas karena keterbatasan rol film. Karena keterbatasan tersebut, sang fotografer harus bijak dalam menggunakan sisa film kamera yang ada. Apalagi, foto yang sudah diambil tidak dapat dihapus. Jadi, dapat dipastikan foto-foto yang diambil saat itu benar-benar foto berharga, entah karena bijak dalam memilih momen yang ada, atau karena jumlahnya yang memang terbatas.

Coba kita bandingkan dengan zaman tablet ini. Untuk satu gaya, tempat, dan waktu yang sama saja bisa terdapat lebih dari 5 file foto, berkat fitur burst/multiple-shot pada kamera digital. Hal ini mulanya dimaksudkan agar pengguna dapat memilih kualitas foto terbaik. Namun, kenyataannya sebagian besar dari kita memilih meninggalkan file foto tersebut di komputer. Kalau memang tujuannya untuk mendapat foto terbaik, kenapa tidak dicetak saja?

Foto Cetak di zaman digital

Dengan teknologi sekarang, sebenarnya proses cetak foto dapat dilakukan lebih cepat, bagus, dan murah. Tanpa memiliki printer pun, Anda dapat mencetak foto di tempat cetak foto yang banyak tersebar di sekitar pemukiman Anda. Umumnya tempat fotocopy sekarang menyediakan fasilitas ini.

"Tapi, ini kan zaman digital, kenapa cetak foto begitu penting?". Mungkin pertanyaan tersebut muncul di sebagian besar dari Anda yang membaca tulisan ini, bukan? Ya, seperti yang telah disebutkan tadi, terkadang ada beberapa momen berharga, baik bersama keluarga maupun teman, yang begitu sayang untuk dilupakan. Daripada meninggalkan foto tersebut dalam bentuk megabytes dalam harddisk komputer, mengapa tidak dicetak saja?

"Tapi, ini kan zaman digital, kita bisa melihat file foto tersebut di layar komputer." Ya, pendapat Anda tidak ada salahnya. Tapi, bukankah lebih menarik jika kumpulan momen berharga dapat dicetak dan dihias di sebuah buku album? Daripada hanya dikelompokkan dalam sebuah folder berwarna kuning di layar komputer, tentu akan lebih menarik jika sebuah buku album foto terlihat menggoda di rak buku ruang tengah. Kalau mau jujur, seberapa sering Anda melihat semua file foto yang ada di komputer Anda? Seberapa sering? Sering? Anda yakin? Sebanyak itu, Anda yakin?

"Tapi, ini kan zaman digital, terlalu repot untuk mencetak foto dan membuatnya dalam sebuah buku album yang menarik.". Justru karena ini zaman digital, sudah saatnya mencetak foto secara digital.

Layanan cetak foto online dari Pictalogi

Salah satu layanan cetak foto digital secara online adalah Pictalogi. Dengan segala produk dan layanan yang ditawarkan, cetak foto makin mudah dengan pictalogi.

Dilihat dari sisi produk unggulan saja, pilihan yang ditawarkan Pictalogi cukup menarik. Anda bisa mencetak foto momen berharga dalam bentuk sebuah mini-book, mini sticker, square foto, maupun R-sizes. Repot? Tidak juga. Pictalogi bahkan menawarkan ongkos pengiriman gratis menuju rumah Anda. Jadi, apanya yang repot?

Jujur saja, yang paling menarik pikiran penulis tentu sebuah mini-book. Setiap foto yang dicetak dalam bentuk ini tentu akan terlihat lebih menarik dengan desain corak, warna, dan gambar desain yang juga menarik. Setiap momen berharga, every single moment, terlihat lebih berharga dalam bentuk seperti ini. Selain dapat dipajang di rak buku, mini-book dapat menjadi hadiah ulang tahun yang sangat menyentuh untuk kedua orangtua tercinta.

clip_image004

 

Produk berikutnya adalah mini-sticker. Jadi, foto-foto berharga Anda dapat dicetak dalam bentuk sticker. Sehingga, Anda bisa menempelkannya di mana saja. Di kaca mobil, di kaca rumah, atau di bahkan juga sebagai penghias foto-foto yang telah Anda cetak dalam bentuk mini-book?

clip_image006

 

Kalau Anda berkeinginan untuk membuat buku album sendiri, foto Anda juga bisa dicetak dalam bentuk Square Photo. Foto Anda dicetak dalam bentuk lembaran. Sehingga, jika Anda berkeinginan mengasah kreativitas di album buatan sendiri, produk ini juga cocok untuk Anda.

clip_image008

 

Produk terakhir merupakan paket R Sizes. Hampir sama dengan produk Square Photo, bedanya Anda dapat mencetak foto dalam standar ukuran R, baik itu 3R, 4R, 5R, maupun 6R.

clip_image010

 

Lalu, yang patut diancungi jempol juga penawaran dari Pictalogi untuk kirim hasil foto gratis untuk hampir seluruh produknya (termasuk keempat produk yang disebutkan tadi). Sehingga, Anda tidak perlu repot menjemput hasil foto. Jadi, Anda tidak perlu ke luar rumah untuk melakukan proses cetak foto.

Jadi Anda terpikir untuk mencetak foto sekarang juga?

Seni Budaya Lokal Terpinggirkan?


Siang itu suasana sedang panas sekali di lampu merah. Penderitaan semakin terasa dengan banyaknya asap kendaraan bermotor. Penulis sedang berada di tengah kemacetan. Kalau biasanya di lampu merah akan banyak pengamen, pemandangan agak berbeda penulis temukan di salah satu kawasan kota Semarang. Di lampu merah ini tarian tradisional.

Kalau suasana mellow muncul, penulis mungkin berpikir begitu prihatin kepada kondisi budaya asli Indonesia tercinta. Padahal, sewaktu Indonesia di zaman kerajaan dulu, tari-tarian tradisional yang masih ada sampai sekarang menjadi konsumsi bangsawan dan keluarga kerajaan juga masyarakat secara luas. Namun, kerap terdengar di telinga maupun kita baca di berbagai artikel suara-suara yang menyatakan bahwa masyarakat digempur oleh lagu-lagu dan tarian-tarian asing. Sedangkan keberadaan budaya lokal tergempit dan kalah bersaing dengan budaya asing. Memang benar, sih. Tapi, kalau mau jujur, mengapa hal ini terjadi?

Media dan Pola Konsumsi Masyarakat Berubah
Coba kita perhatikan masyarakat kita secara luas. Pengalaman penulis, dulu sekitar tahun 2005, penjualan kaset musik bajakan sangat marak terjadi di kawasan sekitar pusat perbelanjaan ibukota. Begitu juga dengan toko musik orisinil. Malahan, penulis ingat betul, di sekitar waktu tersebut, sekalipun teknologi CD music sudah tersedia, komposisi penjualan CD dan kaset musik di etalase toko langganan cukup seimbang. Di beberapa tempat bahkan komposisi kaset masih jauh lebih banyak. Namun, seiring waktu berjalan, penjualan kaset mulai menghilang dari peredaran. Hanya beberapa tempat yang masih menyediakan penjualan kaset. Lama-kelamaan, penjualan CD music-pun sekarang tidak semarak dahulu. Karena sekarang lebih marak mengkonsumsi musik dalam format digital MP3.

Kalau diperhatikan, cara masyarakat menikmati hiburan terus berubah. Media digital yang kita kenal secara luas sekarang pun diperkirakan akan mengalami perubahan juga. Sekarang, sejalan dengan meningkatnya kecepatan koneksi internet (walaupun di Indonesia kemewahan ini sulit dinikmati kalangan luas), media streaming mulai menunjukkan peningkatan angka pengguna. Layanan musik streaming seperti xxxxx, mulai berjamuran. Salah satu alasan para pemegang kepentingan menggalakkan fenomena ini juga untuk memerangi pembajakan. Harapannya, di masa yang akan datang, masyarakat dapat menikmati konten seperti musik, video, dan buku elektronik secara legal, menghormati hak intelektual si pencipta.

Lalu, apa hubungan dua paragraf di atas dengan budaya tradisional? Menurut pengamatan penulis, media untuk menyalurkan budaya lokal tradisional tidak berkembang. Kebanyakan masih dalam bentuk Video Compact Disc (VCD). Contohnya, kita masih mudah menemukan video tarian dan musik tradisional dalam bentuk CD yang kerap di jual di pinggir-pinggir jalan. Lalu coba Anda cari di iTunes store, adakah?

Padahal, jujur saja, siapa yang mau repot-repot meng-rip CD musik ke format mp3 agar dapat dinikmati di telepon seluler misalnya.  Atau, siapa pula yang ingin mengkonversi format video CD ke format yang didukung smartphone pribadi. Selain merepotkan, tidak semua pengguna familiar dengan cara ini.

Mungkin, terlampau jauh jika penulis menggunakan iTunes store sebagai salah satu pertimbangan. Namun, jika penulis menggunakan salah satu penyedia layanan konten digital di Tanah Air pun, tidak terdapat video tari-tarian tradisional yang dapat dikonsumsi.

Kalaupun pihak yang berkepentingan mengatakan,”ah, belum tentu ada orang yang mau membeli”. Menurut penulis, pendapat ini kurang tepat. Mengapa? Jika kita mau memperhatikan sejenak, jarang terdapat genre musik tradisional pada layanan musik online hingga tulisan ini dibuat. Padahal, jika ada, pasti ada segelintir orang yang mau iseng-iseng klik. Kalau kebetulan pengguna kepincut dengan konten tersebut, bukankah itu sudah mengarah pada peluang bisnis? Terlebih dengan maraknya suara-suara di media sosial untuk kembali menghidupkan budaya lokal yang notabene banyak disuarakan oleh sebagai generasi muda (di samping isu pemanasan global, aksi-aksi sosial, dan cerita-cerita inspiratif yang kerap kali penulis temukan di laman facebook pribadi).

Terakhir, alasan pembajakan. Mungkin sebagian dari kita akan berpikir bahwa mencari konten digital budaya lokal akan sangat mudah dicari di Internet, mungkin dari Youtube atau dari layanan file sharing. Penulis kurang setuju dengan pendapat ini. Ketersediaan konten-konten tersebut tidak semuanya serta-merta mudah didapatkan dengan mencari di situs-situs seperti itu. Pernah membaca mengenai sejarah kepopuleran iTunes store sebagai toko musik yang menyelamatkan industri musik dunia?

Dalam bukunya yang berjudul Steve Jobs, Walter Isaacson menjelaskan secara panjang lebar kondisi industri musik di negeri paman sam mengenai peredaran musik bajakan. Saat itu, situs-situs layanan musik ilegal meningkat pesat. Kondisi penjualan CD di Amerika Serikat sendiri saja menurun tajam. Sebelum ada iTunes store, pemilik iPod harus mencari musiknya sendiri, entah itu dari toko musik CD, situs ilegal file sharing, maupun CD musik bajakan. Segera saja, setelah iTunes store diluncurkan, pembelinya langsung melonjak. Konsumsi musik legal meningkat pesat di Amerika Serikat. Selain karena kemudahan yang ditawarkan, hal ini juga karena Steve melihat pola konsumsi musik masyarakat yang cenderung hanya menyukai beberapa lagu saja dalam sebuah album musik. Sebelum ada iTunes store, sudah menjadi rahasia umum di kalangan penikmat musik, bahwa hanya untuk mendengarkan sebuah musik yang mereka sukai dalam sebuah album, mereka harus membeli satu album utuh. iTunes store memungkinkan konsumen untuk dapat membeli sebuah lagu secara individual maupun satu album secara penuh.

Di sini, penulis ingin menekankan bahwa sangat penting untuk melihat pola konsumsi masyarakat dalam menikmati hiburan. Untuk itu, selain berupaya mengenal mengenai budaya sendiri, penulis berharap Anda para pembaca, terutama para pemegang kepentingan budaya lokal tanah air untuk dapat duduk bersama. Mengatasi krisis penikmat budaya lokal, agar dapat terus diwariskan kepada anak dan cucu tercinta nantinya.